Selasa, 06 Oktober 2009

Sahabat ....


Letak dasar persahabatan sejati adalah memberi tanpa ingin menguasai, mencintai tanpa ingin memiliki....
Selamat jalan kawan, selamat bertugas di tempat yang baru....

LASKAR PELANGI SMP N 6 SEMARANG

Buat Mama....

Mama,

Engkau bukan seorang sastrawan,

tapi sejak kukecil kau ajarkan aku nilai keindahan

Engkau bukan dokter,

tapi saat kusakit kau rawat aku dengan kasih

Engkau bukan psikolog,

tapi kau selalu ada saat aku gundah dengan segala keluh kesah

Mama,

Engkau adalah matahariku,

Memberiku terang dalam setiap langkah kehidupanku

Engkau adalah mata air jiwaku,

Memberiku seumber kehidupan, kesejukan dalam keabadian

Engkau adalah guruku,

Mengajarkan aku banyak hal tentang hidup, mengubah segalanya menjadi luar biasa

Engkau adalah pejuang sejati,

Berjuang dalam pergulatan hidup agar aku menjadi bintang dengan sinarnya

Engkau adalah wanita super,

Aku tidak takut menatap dunia, karna kau ada disampingku

1000 kisses for you, mom.

yang Terbaik.....

Yang terbaik bagimu ….

Teringat masa kecilku

Kau peluk dan kau manja

Indahnya saat itu

Buatku melambung

Di sisi-sisimu tergiang

Hangat nafas segala harum tubuhmu

Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu

Kau ingin kumenjadi yang terbaik bagimu

Patuhi perintahmu, ”coba kau dengar”

Yang mungkin kulakukan dalam waktuku beranjak dewasa

Jangan sampai apapun terbawaku jatuh dan terinjak

Tuhan tolong sampaikan sejuta sayangku untuknya

Ku trus berjanji takkan khianati pintanya

Ayah dengarlah

Betapa sesungguhnya kumencintaimu

Kan kubuktikan kumampu penuhi maumu

Andaikan detik itu

Kan bergulir kembali

Kurindukan swasana

Basuh jiwaku,

Kau bahagiakan dengan usapan kasih dan sayangmu

Kuujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati

Proses Seleksi Pelajar Teladan

Jangan Menyerah. Sebuah prestasi bukan tercipta oleh faktor kebetulan atau keberuntungan semata, tetapi diraih dengan jerih payah dan pengorbanan besar yang sepadan. Kegagalan adalah bukan akhir segalanya.

Suara Hati

SAATNYA GURU BUKAN HANYA “TUKANG NGAJAR”

(Sebuah Rekomendasi)

Oleh : Yustina Kusumawati, S.Pd, M.Pd

I. PENDAHULUAN

Pagiku cerahku matahari bersinar

Kugendong tas merahku dipundak

Slamat pagi semua kunantikan dirimu

Di depan kelasmu menantikan kami

Reff.

Guruku tersayang, guru tercinta

Tanpamu apa jadinya aku

Tak bisa baca tulis mengerti banyak hal

Guruku terima kasihku

Nyatanya diriku kadang buatmu marah

Namun segala maaf kau berikan

Kembali ke Reff

Lagu anak-anak di atas mungkin sudah sering didendangkan dan didengar. Namun liriknya yang sederhana dimaknai mendalam di kalangan pendidik dan pemerhati pendidikan. Begitu besar kerinduan atas kehadiran sosok seorang guru bagi anak-anak. Atas segala pengabdian dan perjuangannya dalam mencerdaskan anak bangsa tidak salah bila mereka menempatkan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Di sisi lain dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Dengan demikian profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional.

Tantangan dan permasalahan guru tempo “doeloe”, kini dan esok tentunya berbeda, sebagai contoh pertama saat ini kita sudah tidak mungkin lagi menggunakan hukuman fisik sebagai satu-satunya alat yang efektif untuk memberikan efek jera pada peserta didik. Banyak alternatif hukuman yang lebih edukatif bisa kita terapkan. Kedua, kita tidak bisa lagi memaksakan semua peserta didik untuk berfikir homogen. Konsep berpikir anak terhadap fenomena gambar pemandangan tidak lagi harus identik dengan gambar sebuah gunung. Ketiga, dalam proses pembelajaran, alur berpikir tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi proses akan pengalaman langsung perlu dibudayakan, hal ini menghindari terjadinya verbalisme di kalangan peserta didik. Keempat, guru hendaknya memaknai proses pembelajaran bukan proses menuang air dalam botol kosong, melainkan proses pembelajaran laksana proses menyiram dan menyuburkan tanaman. Tanaman boleh tumbuh dan berkembang melebihi kita. Biarkan dia menjadi lebih besar dan subur.

Bila kita inventaris akan kita dapatkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain adanya problema keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan, sampai saat ini belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui kemampuan guru, problema relevansi pendidikan guru, problema kelembagaan pendidikan guru, upaya pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, problema peta kebutuhan guru, problema pengangkatan guru, problema penempatan guru, problema pemerataan guru, problema gaji dan kesejahteraan guru yang belum memadai, problema karir guru dan problema perlindungan hukum guru.

Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan dimaksud antara lain: kemampuan siswa dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan guru tidak maksimal, kurang sempurnanya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh setiap siswa, rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa terutama di tingkat dasar (hasil studi internasional yang dilakukan oleh organisasi International Education Achievement, 1999).

II. GURU PROFESIONAL DAN BAGAIMANA MENYIKAPINYA

Kompetensi Pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru saat melaksanakan profesinya. Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik.

Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti yaitu
(1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu,
(4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Selain itu banyak perilaku-perilaku yang mencerminkan seorang pendidik yang bisa dikembangkan misalnya: (1) pendidik bertindak sebagai mitra atau saudara tua peserta didik, (2) melaksanakan disiplin yang permisif, ialah memberikan kebebasan bertindak asal semua peserta didik aktif belajar, (3) memberi kebebasan kepada semua peserta didik untuk mengaktualisasi potensi mereka masing-masing, (4) mengembangkan cita-cita riil para peserta didik atas dasar pemahaman mereka tentang diri sendiri, (5) melayani pengembangan bakat setiap peserta didik, (6) melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik, (7) menghargai agama dalam dunia modern yang penuh dengan rasionalitas. Hal-hal di luar rasio manusia dibahas lewat agama, (8) melakukan dialektika nilai budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern, (9) mempelajari dan ikut memecahkan masalah masyarakat yang mencakup ekonomi, sosial, budaya, geografis termasuk aplikasi filsafat pancasila, (10) mengantisipasi perubahan lingkungan dan masyarakat oleh pendidik atau bekerja sama dengan para peserta didik, (11) memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berkreasi, (12) mempergunakan metode penemuan, (13) mempergunakan metode pemecahan masalah, (14) mempergunakan metode pembuktian, (15) melaksanakan metode eksperimentasi, (16) melaksanakan metode berproduksi barang-barang nyata yang mungkin bisa dipasarkan, dan (17) memperhatikan dan membina perilaku nyata agar positif pada setiap peserta didik.

Perlu dipahami juga bahwa guru adalah jabatan profesional. Salah satu ciri dari keprofesionalan adalah kemampuan meneliti. Esensi penelitian berkait dengan penyelenggaraan proses pembelajaran ada tiga hal yaitu perencanaan (berupa kemampuan guru menyusun perangkat administrasi mulai dari silabus dan RPP), kemampuan menyajikan pembelajaran yang menarik, bermakna, bermutu dan PAIKEM serta kemampuan menilai hasil pembelajaran yang berkesinambungan.

Sudah saatnya guru bukan lagi hanya “tukang ngajar”. Perlu ada budaya baru yaitu “mengajar untuk meneliti, meneliti untuk mengajar”. Merujuk hal tersebut di atas guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Pada dasarnya PTK bersifat reflektif, mengulas secara cerdas dan kritis, dengan melalukan tindakan inovatif tertentu untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Kelemahan mendasar dan akhirnya menjadi sebuah tantangan adalah guru belum terbiasa menulis. Belum lagi adanya motivasi yang rendah, wawasan terbatas dan seribu alasan klasik lainya seperti buku penujang tidak tersedia, perlu biaya, tidak punya keterampilan mengetik atau mengoperasionalkan komputer, perasaan ketidakmampuan, takut membuat kesalahan, tidak berani mengambil resiko, I don’t have time, mengejar target materi menjadi prioritas, kehidupan sudah mapan, serta tidak siap akan perubahan.

Sudah saatnya untuk keluar dari masalah tersebut guru masa kini perlu diluruskan kembali niatnya, dibekali kompetensinya dan dibiasakan hidupnya berkaitan dengan budaya guru menulis PTK. Harus ada perubahan paradigma berpikir bahwa meneliti adalah bagian dari hidup mereka. Membiasakan diri melakukan PTK adalah wujud dari tanggung jawab sebagai pendidik, pengajar dan pelatih dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa.

III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Djohar. 2006. Guru Pendidikan & Pembinaannya (Penerapannya dalam Pendidikan dan UU Guru). Yogyakarta: Grafika Indah

Isjoni.2007.Dilema guru ketika Pengabdian Menuai Kritikan.Bandung: Sinar baru Algensindo

Paul Suparno,dkk.2002.Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.Yogyakarta: Kanisius

Syafruddin.2005. Guru Professional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching

Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Undang-undang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta: Sinar Grafika